BacaJuga: 3 Hadits Tentang Toleransi dan Menghindarkan Diri dari Tindak Kekerasan Beserta Penjelasannya 1. Hukuman Bagi Pembunuhan Dalam sebuah hadits Rasulullah saw juga bersabda, "Hukuman yang pertama kali akan diputuskan di antara sesama manusia pada hari kiamat nanti adalah yang berkaitan dengan darah (pembunuh an)" (Mutaafaq 'Alaih). pesanyang terdapat dalam ayat dan hadits tersebut adalah merupakan sebuah kewajiban bagi orang-orang yang beriman untuk menghindarkan diri dari tindak kekerasan, selain karena setiap orang yang beriman adalah saudara, tindak kekerasan merupakan perbuatan tercela yang tidak diridhai oleh allah swt, perbuatan tersebut hanya akan menjatuhkan diri 1 Kaum yang didakwahi Rasulullah SAW. tidak semua beriman 2. Allah Swt. adalah zat yang maha mengetahui orang-orang yang berbuat rusak 3.Kita harus bersikap toleren kepada mereka yang tidak beriman 4. Salah satu bentuk toleran adalah semua mengingkuti sesuai keyakinannya dan kita tidak mengikuti keyakinan mereka anut AlMa'idah/5 ayat 32 tentang Menghindarkan Diri Dari Tindak Kekerasan; Menerapkan Qs. Yunus/10 ayat 40-41 dan Qs. Al-Ma'idah/5 ayat 32 serta Hadits-hadits terkait dalam kehidupan sehari-hari. Mempunyai Karakter yang Religius, Toleran, Rukun Dan Damai; Semoga bermanfaat. Tulis diskusi dan pertanyaan kalian di kolom komentar dibawah, terimakasih. 9nAs. 100% found this document useful 1 vote3K views2 pagesDescriptionayat dan hadist beserta pesan pesannyaOriginal Titlemenghindarkan diri dari tindak kekerasan!Copyright© © All Rights ReservedShare this documentDid you find this document useful?100% found this document useful 1 vote3K views2 pagesMenghindarkan Diri Dari Tindak Kekerasan!Original Titlemenghindarkan diri dari tindak kekerasan!Jump to Page You are on page 1of 2 You're Reading a Free Preview Page 2 is not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime. 3 CONTOH PERBUATAN KEJI UPAYA MENGHINDARI TINDAK KEKERASAN terhadap ilmu syari’at. Masih banyaknya orang-orang yang jahil bodoh terhadap syari’at islam, sehingga mereka kurang memahami tentang perintah-perintah yang wajib dilaksanakan dan larangan-larangan yang harus dijauhi dan ditinggalkan. Ilmu agama sesungguhnya sangatlah penting bagi setiap orang, karena perannya dalam mengarahkan manusia dalam menjalani hidup yang bersesuaian dengan kehendak Allah. Orang-orang yang berilmu diangkat derajatnya oleh Allah Subhanahu wa ta’ala sebagaimana firman-Nya يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ وَإِذَا قِيلَ انشُزُوا فَانشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. QS. Al Mujaadillah 11 Selain dari itu kepada hamba-hamba-Nya Allah subhanahu wa ta’ala memerintahkan untuk menuntut ilmu, seperti yang disebutkan dalam firman Allah azza wa jalla وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنفِرُواْ كَآفَّةً فَلَوْلاَ نَفَرَ مِن كُلِّ فِرْقَةٍ مِّنْهُمْ طَآئِفَةٌ لِّيَتَفَقَّهُواْ فِي الدِّينِ وَلِيُنذِرُواْ قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُواْ إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ Tidak sepatutnya bagi mu'minin itu pergi semuanya ke medan perang. Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. QS. At Taubah 9 2. Akhlak Yang TercelaSALING MENYAKITI Setiap prilaku, tindakan dan ulah dari seseorang yang tampak dipermukaan agalah gambaran dari bagaimana akhlaknya, apabila prilaku, tindakan dan sikap keseharian seseorang yang patut dibanggakan maka itu tiada lain adalah implementasi dari baiknya akhlak yang bersangkutan. Begitu juga seseorang yang dalam kesehariannya menunjukan prilaku yang tidak sopan, kasar, menyukai tindakan anarkis dan kekerasan, maka semua itu adalah gambaran dari akhlak yang jelek dari seseorang. Islam agama yang sangat mengedepankan dan memandang penting akhlak yang baik bagi para pemeluknya. Banyak sekali hadits-hadits yang membicarakan betapa pentingnya akhlak tersebut. Sebagaimana diketahui bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam diutus untuk mengajak manusia agar beribadah hanya kepada Allah Azza wa Jalla saja dan memperbaiki akhlak manusia. Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda إِنَّمَا بُعِثْتُ ِلأُتَمِّمَ صَالِحَ اْلأَخْلاَقِ “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik.” HR. Al-Bukhari Sesungguhnya antara akhlak dengan aqidah terdapat hubungan yang sangatkuat sekali. Karena akhlak yang baik sebagai bukti dari keimanan dan akhlak yang buruk sebagai bukti atas lemahnya iman, semakin sempurna akhlak seorang Muslim berarti semakin kuat imannya. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ إِيْمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا، وَخِيَارُكُمْ خِيَارُكُمْ لِنِسَائِهِمْ .“Kaum Mukminin yang paling sempurna imannya adalah yang akhlaknya paling baik di antara mereka, dan yang paling baik di antara kalian adalah yang paling baik kepada isteri-isterinya HR. At-Tirmidzi Akhlak yang baik adalah bagian dari amal shalih yang dapat menambah keimanan dan memiliki bobot yang berat dalam timbangan. Pemiliknya sangat dicintai oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan akhlak yang baik adalah salah satu penyebab seseorang untuk dapat masuk Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda مَا شَيْءٌ أَثْقَلُ فِيْ مِيْزَانِ الْمُؤْمِنِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ خُلُقٍ حَسَنٍ وَإِنَّ اللهَ لَيُبْغِضُ الْفَاحِشَ الْبَذِيْءَ \ .“Tidak ada sesuatu pun yang lebih berat dalam timbangan seorang mukmin di hari Kiamat melainkan akhlak yang baik, dan sesungguhnya Allah sangat membenci orang yang suka berbicara keji dan kotor.” HR. At-Tirmidzi Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda pula إِنَّ مِنْ أَحَبِّكُمْ إِلَيَّ وَأَقْرَبِكُمْ مِنِّيْ مَجْلِسًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَحَاسِنَكُمْ أَخْلاَقاً “Sesungguhnya yang paling aku cintai di antara kalian dan yang paling dekat majelisnya denganku pada hari Kiamat adalah yang paling baik akhlaknya...” HR. At-Tirmidzi, Sesungguhnya islam memerintahkan kepada umatnya memiliki akhlak yang mulia dan melarang dari akhlak yang hina, karena dengan akhlak yang mulia maka seseorang tidak akan berbuat zhalim kepada orang lain. Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam bersabda .سنن أبي داوود ٤١٦٨ حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرٍ وَعُثْمَانُ ابْنُ أَبِي شَيْبَةَ قَالَا حَدَّثَنَا وَكِيعٌ عَنْ سُفْيَانَ عَنْ مَعْبَدِ بْنِ خَالِدٍ عَنْ حَارِثَةَ ابْنِ وَهْبٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ الْجَوَّاظُ وَلَا الْجَعْظَرِيُّ قَالَ وَالْجَوَّاظُ الْغَلِيظُ الْفَظُّ Sunan Abu Daud 4168 Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr dan Utsman bin Abu Syaibah keduanya berkata; telah menceritakan kepada kami Waki' dari Sufyan dari Ma'bad bin Khalid dari Haritsah bin Wahb ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda "Tidak akan masuk surga orang yang keras hati dan sombong." Perawi berkata, "Al Jawwazh adalah orang yang keras hatinya. Setiap umat muslim diperintahkan untuk bergaul dengan sesama manusia dengan akhlak yang baik, bukan melakukan keburukan dengan tindakan anarkis dan kekerasan, akan hal ini Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam bersabda سنن الترمذي ١٩١٠ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مَهْدِيٍّ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ حَبِيبِ بْنِ أَبِي ثَابِتٍ عَنْ مَيْمُونِ بْنِ أَبِي شَبِيبٍ عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ قَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اتَّقِ اللَّهِ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعْ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ قَالَ وَفِي الْبَاب عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ حَدَّثَنَا مَحْمُودُ بْنُ غَيْلَانَ حَدَّثَنَا أَبُو أَحْمَدَ وَأَبُو نُعَيْمٍ عَنْ سُفْيَانَ عَنْ حَبِيبٍ بِهَذَا الْإِسْنَادِ نَحْوَهُ قَالَ مَحْمُودٌ حَدَّثَنَا وَكِيعٌ عَنْ سُفْيَانَ عَنْ حَبِيبِ بْنِ أَبِي ثَابِتٍ عَنْ مَيْمُونِ بْنِ أَبِي شَبِيبٍ عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَحْوَهُ قَالَ مَحْمُودٌ وَالصَّحِيحُ حَدِيثُ أَبِي ذَرٍّ Sunan Tirmidzi 1910 dari Abu Dzar ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah bersabda kepadaku "Bertakwalah kamu kepada Allah dimana saja kamu berada dan ikutilah setiap keburukan dengan kebaikan yang dapat menghapuskannya, serta pergauilah manusia dengan akhlak yang baik." Hadits semakna juga diriwayatkan oleh Abu Hurairah. Abu Isa berkata; Ini adalah hadits hasan shahih. Sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala sangat murka kepada orang-orang yang suka berbuat keji lagi jahat dengan melakukan kezhaliman , sebagaimana hadits yang diriwiyatkan dari Abu Darda سنن الترمذي ١٩٢٥ حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي عُمَرَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ دِينَارٍ عَنْ ابْنِ أَبِي مُلَيْكَةَ عَنْ يَعْلَى بْنِ مَمْلَكٍ عَنْ أُمِّ الدَّرْدَاءِ عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا شَيْءٌ أَثْقَلُ فِي مِيزَانِ الْمُؤْمِنِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ خُلُقٍ حَسَنٍ وَإِنَّ اللَّهَ لَيُبْغِضُ الْفَاحِشَ الْبَذِيءَ قَالَ أَبُو عِيسَى وَفِي الْبَاب عَنْ عَائِشَةَ وَأَبِي هُرَيْرَةَ وَأَنَسٍ وَأُسَامَةَ بْنِ شَرِيكٍ وَهَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ Sunan Tirmidzi 1925 ` dari Abu Darda` bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda "Tidak sesuatu yang lebih berat dalam timbangan seorang mukmin kelak pada hari kiamat daripada akhlak yang baik. Sesungguhnya Allah amatlah murka terhadap seorang yang keji lagi jahat.". Rasa Kasih Sayang Telah hilangnya rasa kasih sayang dan sifat kelembutan dalam diri seseorang menyebabkan lahirnya tindakan kekerasan dan penganiayaan serta melakukan perbuatan-perbuatan yang merusak serta menimbulkan kerugian serta penderitaan kepada orang lain, padahal Islam telah,mensyari’atkan perlunya manusia itu bersifat lemah lembut kepada sesama dan saling berkasih sayang. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّهِ لِنتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لاَنفَضُّواْ مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّهِ إِنَّ اللّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu [246]. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. QS. Ali Imran 159 . Allah subhanahu wa ta’ala berfirman ذَلِكَ الَّذِي يُبَشِّرُ اللَّهُ عِبَادَهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ قُل لَّا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ أَجْرًا إِلَّا الْمَوَدَّةَ فِي الْقُرْبَى وَمَن يَقْتَرِفْ حَسَنَةً نَّزِدْ لَهُ فِيهَا حُسْنًا إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ شَكُورٌ Itulah karunia yang dengan itu Allah menggembirakan hamba- hamba-Nya yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh. Katakanlah "Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upahpun atas seruanku kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan". Dan siapa yang mengerjakan kebaikan akan Kami tambahkan baginya kebaikan pada kebaikannya itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri [1345]. QS. Asy Syuura 23 Firman Allah subhanahu wa ta’ala ثُمَّ كَانَ مِنَ الَّذِينَ آمَنُوا وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ وَتَوَاصَوْا بِالْمَرْحَمَةِ Dan dia tidak pula termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang. QS. Al Balad 17 Selain itu banyak pula hadits-hadits Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam yang menyinggung perlunya saling kasih, saling menyayangi dan saling membantu diantara orang-orang mukmin, sebagaimana hadis riwayat Nukman bin Basyir Radhiyallahu 'anhu , ia berkataRasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ نُمَيْرٍ حَدَّثَنَا أَبِي حَدَّثَنَا زَكَرِيَّاءُ عَنْ الشَّعْبِيِّ عَنْ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ قَالَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّىحَدَّثَنَا إِسْحَقُ الْحَنْظَلِيُّ أَخْبَرَنَا جَرِيرٌ عَنْ مُطَرِّفٍ عَنْ الشَّعْبِيِّ عَنْ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِنَحْوِهِ Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling kasih, saling menyayang dan saling cinta adalah seperti sebuah tubuh, jika salah satu anggotanya merasa sakit, maka anggota-anggota tubuh yang lain ikut merasakan sulit tidur dan demam HR. Muslim . JAZAKUMULLAHUKHAIRAN... Islam adalah agama yang indah dan mengajarkan umatnya untuk hidup dalam damai dan harmoni. Salah satu nilai yang sangat ditekankan dalam agama Islam adalah toleransi dan menghindarkan diri dari tindak kekerasan. Hal ini dibuktikan dengan adanya hadits-hadits yang mengajarkan nilai-nilai tersebut. Dalam artikel ini, kita akan membahas hadits tentang toleransi dan menghindarkan diri dari tindak kita membahas lebih lanjut, penting untuk memahami apa yang dimaksud dengan hadits. Hadits adalah perkataan, perbuatan atau persetujuan dari Nabi Muhammad SAW yang dijadikan sebagai sumber ajaran Islam selain Al-Quran. Hadits mengandung nilai-nilai moral dan etika yang sangat ditekankan dalam adalah suatu sikap yang sangat penting dalam kehidupan beragama. Islam mengajarkan umatnya untuk saling menghargai dan menghormati perbedaan, baik itu perbedaan agama, suku, ras, ataupun budaya. Dalam hal ini, hadits-hadits berikut ini bisa menjadi inspirasi bagi kita untuk lebih memperkuat sikap tidak beriman kalau tidak saling mencintai. Aku akan tunjukkan kepada kalian suatu perkara yang apabila kalian melaksanakannya, maka kalian akan saling mencintai. Sebarkanlah salam di antara kalian.”HR. Muslim2“Tidak ada kebaikan dalam agama jika tidak ada toleransi di dalamnya.”HR. Ahmad3“Barangsiapa yang tidak menunjukkan belas kasihan kepada manusia, maka Allah tidak akan menunjukkan belas kasihannya.”HR. Bukhari dan MuslimKetiga hadits di atas menegaskan pentingnya sikap toleransi dalam kehidupan beragama. Dalam Islam, toleransi bukanlah sekadar kata-kata, tetapi harus diwujudkan dalam tindakan tentang Menghindarkan Diri dari Tindak KekerasanTindak kekerasan adalah suatu perbuatan yang sangat dilarang dalam Islam. Islam mengajarkan umatnya untuk selalu menghindarkan diri dari tindak kekerasan dan selalu bersikap damai. Berikut ini hadits-hadits yang mengajarkan pentingnya menghindarkan diri dari tindak yang baik adalah sedekah, dan tiap-tiap langkah untuk mendatangi shalat adalah sedekah, dan menyingkirkan sesuatu yang mengganggu dari jalan adalah sedekah.”HR. Bukhari dan Muslim2“Janganlah kalian saling membenci, janganlah kalian saling hasad dengki, janganlah kalian saling mengejar harga, janganlah kalian saling mengadu domba, janganlah kalian saling membelakangi, jadilah hamba-hamba Allah yang saling bersaudara.”HR. Muslim3“Barangsiapa yang menahan kemarahannya, padahal ia mampu melampiaskannya, Allah akan memanggilnya di depan seluruh manusia pada hari kiamat dan membiarkannya memilih bidadari yang ia sukai.”HR. Abu DawudHadits-hadits di atas mengajarkan pentingnya menghindarkan diri dari tindak kekerasan. Islam mengajarkan umatnya untuk selalu bersikap damai dan menjauhi Islam, toleransi dan menghindarkan diri dari tindak kekerasan adalah nilai-nilai yang sangat penting. Hadits-hadits yang membahas nilai-nilai ini mengajarkan umat Islam untuk selalu menjaga sikap toleransi dan menjauhi tindak kekerasan. Sebagai umat Islam, kita harus senantiasa mengamalkan hadits-hadits tersebut dalam kehidupan video of Hadits Tentang Toleransi dan Menghindarkan Diri dari Tindak Kekerasan Surat Al Maidah ayat 32 adalah ayat yang mengajarkan untuk menjaga kehidupan dan menghindarkan diri dari tindak kekerasan. Berikut ini arti, tafsir dan kandungan maknanya. Surat Al Maidah termasuk madaniyah. Imam Ahmad meriwayatkan, surat ini turun ketika Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sedang naik unta. Hampir saja paha unta itu patah karena begitu beratnya wahyu yang diterima Rasulullah. Demikian pula ayat 32 ini juga tergolong madaniyah. Surat ini dinamakan Al Maidah المائدة yang artinya hidangan karena di antara kandungan surat ini adalah kisah tentang turunnya al maidah hidangan dari langit setelah para pengikut Nabi Isa hawariyyun memintanya. Al maidah diminta hawariyyun sebagai bukti kerasulan Nabi Isa dan sekaligus menjadi hari raya bagi mereka. Surat Al Maidah Ayat 32 Beserta ArtinyaTafsir Surat Al Maidah Ayat 321. Besarnya Dosa Pembunuhan2. Besarnya Pahala Menjaga Nyawa3. Rasul Membawa Keterangan yang Jelas4. Banyak Orang Melampaui BatasKandungan Surat Al Maidah ayat 32 Surat Al Maidah Ayat 32 Beserta Artinya Berikut ini Surat Al Maidah Ayat 32 dalam tulisan Arab, tulisan latin dan artinya dalam bahasa Indonesia مِنْ أَجْلِ ذَٰلِكَ كَتَبْنَا عَلَىٰ بَنِي إِسْرَائِيلَ أَنَّهُ مَنْ قَتَلَ نَفْسًا بِغَيْرِ نَفْسٍ أَوْ فَسَادٍ فِي الْأَرْضِ فَكَأَنَّمَا قَتَلَ النَّاسَ جَمِيعًا وَمَنْ أَحْيَاهَا فَكَأَنَّمَا أَحْيَا النَّاسَ جَمِيعًا ۚ وَلَقَدْ جَاءَتْهُمْ رُسُلُنَا بِالْبَيِّنَاتِ ثُمَّ إِنَّ كَثِيرًا مِنْهُمْ بَعْدَ ذَٰلِكَ فِي الْأَرْضِ لَمُسْرِفُونَ Min ajli dzaalika katabnaa alaa banii isroo-iila annahuu man qotala nafsan bighoiri nfasin au fasaadin fil ardli fa kaannamaa qotalan naasa jamii’aa. Wa man ahyaahaa faka-annamaa ahyan naasa jamii’aa. Walaqod jaa-athum rusulunaa bil bayyinaati tsumma inna katsiiron minhum ba’da fil ardli lamusrifuun ArtinyaOleh karena itu Kami tetapkan suatu hukum bagi Bani Israil, bahwa barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu membunuh orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan membawa keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak di antara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi. Tafsir Surat Al Maidah ayat 32 ini disarikan dari Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Fi Zhilalil Quran, Tafsir Al Azhar dan Tafsir Al Munir. Harapannya, agar ringkas dan mudah dipahami. Kami memaparkannya menjadi beberapa poin dimulai dari redaksi ayat dan artinya. Kemudian diikuti dengan tafsirnya yang merupakan intisari dari tafsir-tafsir di atas. Baca juga Ayat Kursi 1. Besarnya Dosa Pembunuhan Poin pertama dari Surat Al Maidah ayat 32, Allah Subhanahu wa Ta’ala menunjukkan besarnya dosa pembunuhan. مِنْ أَجْلِ ذَٰلِكَ كَتَبْنَا عَلَىٰ بَنِي إِسْرَائِيلَ أَنَّهُ مَنْ قَتَلَ نَفْسًا بِغَيْرِ نَفْسٍ أَوْ فَسَادٍ فِي الْأَرْضِ فَكَأَنَّمَا قَتَلَ النَّاسَ جَمِيعًا Oleh karena itu Kami tetapkan suatu hukum bagi Bani Israil, bahwa barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu membunuh orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Sebelum ayat 32 ini, Allah mengisahkan putra Adam Qabil membunuh saudaranya Habil. Yakni pada ayat 27 hingga ayat 31. Ibnu Katsir menjelaskan tafsir ayat ini. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Karena anak Adam pernah membunuh saudaranya secara aniaya dan permusuhan, maka Kami tetapkan suatu hukum bagi Bani Israil. Yakni Kami syariatkan, bahwa barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu membunuh orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya.” Ayat ini menunjukkan besarnya dosa membunuh tanpa sebab yang dibenarkan. Yakni membunuh satu orang seakan-akan ia membunuh seluruh manusia. Hukum ini tidak hanya berlaku bagi Bani Israel. Ia terus berlaku bagi kita. Karenanya ketika Abu Hurairah hendak menolong Utsman dengan menyerang para pengepungnya, Utsman melarangnya. “Hai Abu Hurairah, apakah kamu senang bila kamu membunuh seluruh manusia, sedangkan aku termasuk dari mereka?” “Tidak,” jawab Abu Hurairah. “Karena sesungguhnya bila kamu membunuh seorang laki-laki, maka seolah-olah kamu telah membunuh manusia seluruhnya. Maka pergilah kamu seijinku seraya membawa pahala, bukan dosa.” Said bin Jubair menafsirkan, “Barangsiapa menghalalkan darah seorang muslim, maka seakan-akan dia menghalalkan darah manusia seluruhnya.” “Yakni dalam hal dosanya,” kata Hasan Al Basri. 2. Besarnya Pahala Menjaga Nyawa Poin kedua dari Surat Al Maidah ayat 32, Allah Subhanahu wa Ta’ala menunjukkan besarnya pahala menjaga nyawa manusia. وَمَنْ أَحْيَاهَا فَكَأَنَّمَا أَحْيَا النَّاسَ جَمِيعًا Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Ibnu Abbas menjelaskan, maksud memelihara kehidupan adalah tidak membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah membunuhnya. Sedangkan Mujahid mengatakan, memelihara kehidupan jiwa seorang manusia artinya menahan diri tidak membunuhnya. “Barangsiapa memelihara kehidupan seseorang, melarang pembunuhan terhadapnya dan tidak melakukan pembunuhan,” kata Syaikh Wahbah Az Zuhaili dalam Tafsir Al Munir. “Seakan-akan ia telah memelihara kehidupan seluruh manusia, dengan menciptakan keamanan dan ketentraman bagi mereka. Serta menghilangkan kegelisahan, ketakutan dan kekhawatiran.” 3. Rasul Membawa Keterangan yang Jelas وَلَقَدْ جَاءَتْهُمْ رُسُلُنَا بِالْبَيِّنَاتِ Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan membawa keterangan-keterangan yang jelas, Setelah Allah menerangkan besarnya dosa membunuh dan besarnya pahala memelihara nyawa, Dia menegaskan bahwa telah datang rasul-rasulNya dengan membawa bayyinah. Yakni keterangan yang jelas. Ibnu Katsir menjelaskan, bayyinah adalah hujjah-hujjah, bukti-bukti dan keterangan yang jelas lagi gamblang. 4. Banyak Orang Melampaui Batas ثُمَّ إِنَّ كَثِيرًا مِنْهُمْ بَعْدَ ذَٰلِكَ فِي الْأَرْضِ لَمُسْرِفُونَ kemudian banyak di antara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi. Poin ini adalah kecaman dan hinaan kepada Bani Israil karena mereka melakukan berbagai pelanggaran setelah mereka mengetahui keharamannya. Demikian pula orang-orang Yahudi di masa Rasulullah seperti Bani Qainuqa’, Bani Quraizhah dan Bani Nadhir. Sungguh Allah telah mengutus para Rasul dengan membawa keterangan yang nyata. Termasuk menjelaskan hukum-hukum terkait pembunuhan ini. Namun banyak di antara Bani Israil yang berlaku melampaui batas dalam melakukan pembunuhan dan tindak kejahatan. Ayat ini sekaligus mengisyaratkan bahwa apa yang dilakukan oleh Bani Israil di masa dulu, juga dilakukan orang-orang Yahudi di masa Rasulullah hingga hari ini. Banyak di antara mereka yang suka melampaui batas, membunuh dan melakukan tindak kejahatan. Palestina menjadi bukti korban kejahatan mereka. Baca juga Isi Kandungan Surat Al Maidah Ayat 32 Kandungan Surat Al Maidah ayat 32 Berikut ini adalah isi kandungan Surat Al Maidah ayat 32 Membunuh adalah dosa besar. Membunuh satu orang tanpa alasan yang dibenarkan, dosanya seakan-akan membunuh manusia nyawa manusia adalah pahala besar. Memelihara satu nyawa seakan-akan memelihara kehidupan manusia ini menunjukkan, Islam mengajarkan untuk menjaga kehidupan dan menjauhi tindak kekerasan. Allah telah mengutus para Rasul dengan membawa keterangan yang nyata, termasuk mengajarkan untuk menjaga kehidupan dan memperingatkan agar menjauhi tindak di antara Bani Israil yang melampaui batas, meskipun mereka telah mengetahui apa yang dilarang oleh ini juga berisi hinaan dan kecaman atas Bani Israel yang suka melampaui batas dan sering membunuh tanpa sebab yang dibenarkan. Demikian Surat Al Maidah ayat 32 mulai dari tulisan Arab dan latin, terjemah dalam bahasa Indonesia, tafsir dan isi kandungan maknanya. Semoga bermanfaat dan menjadikan kita suka menjaga perdamaian dan memelihara kehidupan. Wallahu a’lam bish shawab. [Muchlisin BK/BersamaDakwah]

hadits tentang menghindarkan diri dari tindak kekerasan